Kamis, Desember 13, 2007

SENIRUPA SEMARANG SAAT INI

KtoK PROJECT SEMARANG


Oleh: M. Salafi Handoyo (Ridho)


Dalam lima tahun terakhir, Semarang tak pernah menelorkan nama hebat dalam senirupa Indonesia bahkan dunia. Khususnya untuk seni dalam media eksplorasi. Dan seharusnya dapat dijadikan contoh bagi generasi saat ini. Sedangkan laju seni saat ini sangat cepat. Ditandai dengan munculnya visual baru: foto, video, digital, printing, obyek, stret art, performance art, sound art serta karya non konvensional lainnya.
Proyek seni dengan nama KtoK PROJECT. Dimana nama dan ide awal lahir dari pemikiran seorang pemilik ruang pamer yang ada di Semarang, yang pada awalnya beliau bersikeras tak mau disebutkan identitasnya.
Project #1, muncul dengan Heroisme. Tema kepahlawan diusung sebagai motivasi individu dalam bersikap positif di lingkungannya. Project #2, dengan Komedi putar, plesetan dari kata Komidi Putar. Sebuah obyek mainan selalu hadir di pasar malam, sebagai penanda anak muda yang energik, seenaknya, tetapi dengan pasti melangkah. Project #3, Dark Brown Sofa. Menghadirkan iconisasi obyek sofa dan gerak tubuh direkam menggunakan kamera serta diolah dalam komputer. Project #4, Sakit? Di Komik Aja! Menghadirkan visual komik yang di aplikasikan ke dalam benda di ruang kos. Project #5, mencoba lebih memahami dunia seni anak muda dengan ungkapan: Senirupa Hidupku, Semarang Kotaku, dan KtoK PROJECT Semangatku!
Kalimat Senirupa hidupku, harus dijadikan pendorong semangat seorang seniman dalam berkarya sehingga tak sia-sia. Bahasan sebuah karya seni, mengingatkan kita kepada pendapat seorang seniman besar:
“Dimana bila seorang seniman membuat suatu barang seni, maka sebenarnya buah keseniannya tadi tidak lain dari jiwanya sendiri yang kelihatan. Kesenian adalah jiwa ketok. Jadi kesenian adalah jiwa.
Jadi kalau seorang Sungging membuat sebuah patung dari batu atau kayu maka patung batu atau kayu tadi, meskipun menggambarkan bunga, ikan, burung, atau awan saja, sebenarnya merupakan gambar jiwa.
Dalam patung, ikan, burung, atau awan tadi kelihatan jiwa sang Sungging dengan terangnya.
Sama kalau saudara bisa mengenal si A, si B, dan si C. Kalau saudara melihat surat atau tulisan mereka, begitu juga kita bisa melihat: Goethe, Shakespeare, Dante, dan Frank Capra, kalau kita melihat tonil-tonil atau film mereka.
Jadi kalau kita kagum karya beberapa seniman, sebenarnya yang kita kagumi bukan karyanya, tetapi jiwa seniman yang membuat karya kesenian tadi.
Tetapi sebaliknya kalau kita tidak bisa kagum pada karya-karya kesenian seseorang, itu sebenarnya disebabkan oleh si pembuat tadi tidak mempunyai jiwa yang mengagumkan.
Jiwa apakah yang bisa mengagumkan? Ialah jiwa yang besar! Dan jiwa apakah yang tak bisa mengagumkan? Ialah jiwa yang kecil!
Jadi ini sudah suatu hukum alam bahwa hanya suatu jiwa yang besarlah yang bisa menciptakan kesenian yang besar.
Sekarang hanya terletak pada seniman-seniman muda bangsa Indonesia sendiri. Kalau dia hendak membuat sesuatu janganlah menyangka bahwa kebesaran sesuatu itu terletak pada hebatnya cerita, pada motif, atau muluk-muluknya titel, tetapi lebih baik peliharalah jiwa muda dengan jalan: Berani hidup, berani melarat, cinta kebenaran, berjuang untuk kebenaran, meskipun musuh dewa sekalipun, tetap sederhana, tetapi kalau perlu angkuh sebagai garuda”. (Sudjojono: Seni Lukis, Kesenian, dan Seniman – Indonesia Sekarang, Yogyakarta 1946) Dikutip dalam buku SENIRUPA MODERN INDONESIA Esai-Esai Pilihan / Aminudin TH Siregar, Enin Supriyanto).
Ayo! Kita harus memilih. Untuk tetap menjadi seniman yang berjiwa kecil, atau seniman berjiwa besar. Bahkan barangkali mampu menciptakan alternatif yang harus angkuh sebagai garuda muda?
Proyek ini diikuti 20 seniman muda perevent, dengan peserta berumur kisaran 20 sampai dengan 25 tahun. Perkembangannya seniman yang terlibat dalam KtoK PROJECT #1 - #5 mencapai 50 orang.
Munculnya pemberitaan di media massa tentang KtoK PROJECT 2007, Kos-to-Kos, dimana menggunakan ruang pamer berupa kos/kontrakan mahasiswa sebagai ruang alternatif. Memunculkan semangat baru, pemikiran baru, dan langkah baru bagi seniman muda.
Menciptakan alternatif baru, propaganda dalam mengubah situasi stagnan di lingkungannya. Menuai hasil yang maksimal, terbukti mampu mengubah beberapa segmen untuk lebih aktif dalam mengkritisi, memberitakan, mendukung, bahkan bersaing dengan KtoK PROJECT. Dan bagi anak-anak muda ini, Semarang mulai terasa sebagai kota yang nyaman untuk berkreatifitas.
Semarang salah satu kota besar, memiliki aktivitas perdagangan cukup energik, karena keberadaan pelabuhan besarnya. Sehingga menarik pedagang dari manca negara pada waktu itu (etnis cina dan etnis arab) untuk mampir berdagang bahkan beranak-pinak membentuk kelompok minoritas. Perkembangannya kelompok minoritas tersebut berubah menjadi kumparan massa berskala besar.
Tak hanya perdagangan, sistem pemerintahan, serta tatanan kota, tetapi berpengaruh pula pada perubahan menuju pembentukan karakter budaya modern. Perdagangan dan perekonomian yang digawangi oleh Etnis Cina. Dengan sirkulasi uang cukup besar, seharusnya mampu memunculkan segmen pendukung bagi perkembangan senirupa yang kuat.
Potensi untuk menuju kearah yang lebih baik memang ada. Tetapi mungkin karakter individu yang diberi kesempatan untuk menjadi segmen senirupa tersebut, belum mampu berjalan dengan lurus.
Indonesia sebagai negara besar membutuhkan semangat kerja keras, agar seniman di daerah mampu memberikan ragam cirikhas dalam citraan visual senirupa. Perbaikan dalam pembentukaan jejaring dan Infrastruktur, membutuhkan waktu yang cukup lama dan dana yang ekstra besar. Sehingga sangatlah minim kekuatan seniman pada waktu itu untuk memacu diri. Hal ini juga sangat terasa di Semarang.
Segmen seperti pemerintah, museum, media massa, balai lelang, galeri, rumah seni, instansi pendidikan, lembaga seni, dan beberapa segmen yang terbentuk dari masyarakat seperti ahli seni, kritikus seni, pasar (kolektor), seharusnya yang bertanggung jawab penuh untuk perkembangan dan kesempatan mendunia bagi seniman muda ini?
Tetapi dalam praktiknya tanggung jawab tersebut lebih banyak diambil beberapa komunitas atau lembaga seni seperti Yayasan Kelola dan Ruangrupa Jakarta, serta Rumah Seni Cemeti Yogyakarta. Mereka berusaha secara sportif memberikan kesempatan dan pengajaran bagi seniman muda melalui program-programnya menuju arah pengkajian dan pengembangan, baik untuk pekerja atau seni itu sendiri.
Hal ini bisa bandingkan dengan ruang-ruang seni yang ada di lingkungan kita (daerah lain). Sudah mampu bertanggung jawabkah, praktik visi dan misi ruang-ruang tersebut kepada publiknya?
KtoK PROJECT adalah langkah awal sebagai tonggak perubahan menuju arah lebih baik. Selain itu, latar belakang diadakan proyek ini adalah sebagai solusi bagi permasalahan senirupa kota yang didominasi oleh seni lukis. Banyak seniman menekuni bidang seni lukis, tanpa adanya kesempatan lebih baik selama bertahun-tahun. Mungkin juga karena Semarang belum memiliki segmen yang kuat untuk seni lukis seperti halnya Bali,Yogyakarta dan Jakarta. KtoK PROJECT lebih secara luas menjoba mengkaji ilmu-ilmu lain dalam seni, selain seni lukis. Dan mencari peluang-peluang baru bagi seniman muda untuk mendunia.
Permasalahan yang kedua, komunitas atau pekerja seni yang lebih dulu ada, lemah dalam pendokumentasian, penyimpanan data, serta manajemen kegiatannya. Sehingga tak mampu bertahan lama untuk membangun kesempatan dan kerja jejaring dengan komunitas lain. Hal tersebut menyulitkan kami sebagai generasi muda untuk mencari referensi dan pembelajaran bidang seni.
Sedangkan target proyek ini, difokuskan sebagai motivator dan daya tarik. Untuk menumbuhkan minat anak muda dalam mengeksplorasi bidang ilmu senirupa seluas-luasnya. Dengan demikian diharapkan mampu membantu seniman muda dalam berkonsentrasi menjadi seniman profesional. Sehingga mereka dapat menentukan pilihan dan bernegosiasi dengan segmen seni.
Saya tegaskan! Dalam dunia senirupa, seniman muda hanya mempunyai dua pilihan:
Pilihan pertama, mampu bernegoisiasi dengan segmen seni. Dengan catatan antara seniman dan segmen seni tersebut harus saling menguntungkan. Kondisi ini yang biasanya sangat sulit dipraktikan. Tendensi secara pribadi kerap melahirkan sikap menuju eksploitasi sepihak kepada seniman.
Pilihan kedua, apabila tidak mau bernegosiasi dengan segmen tersebut, maka yang harus dilakukan adalah menciptakan alternatif-alternatif sebagai tandingan. Kondisi ini juga memerlukan daya upaya ekstra besar. Kita harus mampu menggantikan fungsi segmen seni yang ada secara alternatif.
Ciptakanlah seni alternatif, ruang alternatif, sistem alternartif, media alternatif, sumber dana alternatif serta fungsi lainnya. Sehingga kita mampu berkreatifitas secara mandiri, dengan catatan tetap berkualitas. Mari kita sama-sama berfikir, terus berfikir, sambil berupaya bagaimana caranya seorang seniman tak hanya mampu dalam menciptakan sebuah karya. Tetapi ia juga mampu menciptakan ruang untuk memamerkan dan juga pasar untuk karyanya sendiri?
KtoK PROJECT tentunya belum bisa untuk dinilai, sudah berhasil atau belumkah, sebagi praktik fungsi alternatif tersebut? Karena ini semua adalah langkah awal dan berjalan dengan spontan di Semarang.
Tetapi dalam perkembangannya KtoK PROJECT mendapatkan respon positif dari beberapa ahli seni, yang kemudian diikutkan serta didukung dalam beberapa event.
-KtoK PROJECT dalam Seminar Nasional Membangun Dinamika Senirupa Indonesia. Galeri Nasional Indonesia. 11 – 13 Juli 2007, Jakarta Indonesia
-KtoK PROJECT dalam Festival Tanda Kota. 15-30 November 2007, Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki Jakarta.
-KtoK PROJECT artists talk di BBC International Radio.
25 November 2007, Jakarta Indonesia.

-KtoK PROJECT dalam Biennale Jogja IX 2007. NEO – NATION. 28 Desember 2007, di Jogja National Museum, Yogyakarta Indonesia.
-KtoK PROJECT didukung oleh Hivos people unlimited. Dalam program pembuatan buku, mengenal dan membongkar lebih dalam KtoK PROJECT. Disebarluaskan secara regional, nasional, dan internasional.
Awal mula dalam persiapan KtoK PROJECT #2, lahirlah sebuah organisasi bernama BYAR Creative Industry. 24 Desember 2007, di kota Semarang. Pada perkembangannya organisasi inilah, yang bekerja keras untuk mengenalkan, mendukung, dan memanajemen kinerja KtoK PROJECT. Proyek ini telah berakhir pada tanggal 10 Desember 2007 lalu.
Tetapi tugas BYAR Creative Industry masih belum berakhir. Ditahun 2008, organisasi ini masih bertanggung jawab untuk mempublikasikan, memamerkan, serta menerbitkan sebuah buku yang didedikasikan untuk semua peserta KtoK PROJECT. Dan program ini mempunyai target, mengenalkan KtoK PROJECT sebagai referensi seni untuk anak muda secara regional, nasional, dan internasional. Semoga!
Tercatat seniman muda yang terlibat di dalam KtoK PROJECT adalah:
M. Salafi Handoyo (Ridho), Ratri Inayatul. B, Mohammad Rofikin, Rudy Vouller, Singgih Adhi. P, Edi. PB, Okky Noviyanto, Titis, Dian, Alfiah, Nasay Saputra, Asep Herman, Juwandi. A, Nahyu Rahma. F, Fahrudin Fatkhurohim, Abikara Widyan. A, Ari Q-Njenk, Irfan Fatchu Rahman, Robby, Martya Dyah Purnamasari, Aris Pradianto, Surya, Catur, Rofian, Khori Teguh Ariyanto, Adinda Surya. A, Rangga, Diky Aulidzar, Erick Lionel, Taufan Affandi, Purwo Widodo, Sugeng Triyanto, Thomas Asep. RP, Abdul Aziz, Fitricha, Siti Noor Aisyah, Lainufara, Fajar A, Firman TS, Kurniawan AU, Dian PW, Anis Sukama, Dhilla Buy, Andan Styoko, Adin, Lanang Q. Wibisono , Fian Fifi, Bagus. T, dan Lina Nurdiana.
Besar harapan, beberapa seniman muda diatas akan selalu aktif dan produktif dimasa yang akan datang. Sehingga jarak kreatif antar generasi tidak semakin panjang. Dan setiap tahunnya memunculkan seniman muda yang berpotensi.
Untuk menutup tulisan saya kali ini, ada hadiah coretan kecil untuk kalian semua:
Nama KtoK PROJECT, pesertanya anak-anak muda.
Merealisasikan mimpi lewat karya, untuk bersaing dengan seniman dunia.
Bukan hanya gerakan berontak dalam seni, dan bukan hanya propaganda untuk mengenalkan diri.
Melainkan alternatif tandingan menemukan jalan sendiri, sebagai penyeimbang seni yang hanya bersifat komersil.
Dibalik pentingnya seni komersil, seni juga perlu dipelajari, diteliti, dikembangkan dan dibongkar.
Sebagai catatan untuk generasi berikutnya, agar mereka memiliki referensi dalam berkarya.
Tak beda jauh KtoK PROJECT, alangkah lebih baik diperiksa, ditanyai, dan dipelajari.
Daripada harus didakwa, ditampar, dimarahi, dan ditolak.
Yakin dan berapi-apilah, kita disini juga memiliki potensi, untuk bersaing bersama mereka.
Kalau bukan kita siapa lagi, untuk mengenalkan Semarang lewat karya.
Dan kami menantikan hadirnya seorang pahlawan, mendukung anak muda tanpa tendensi berlebihan.
Karena kami akan lebih menghargai, segmen yang jelas dalam visi dan misi!
(M. Salafi Handoyo/Ridho).
Terima kasih.

Tidak ada komentar: