Kamis, Desember 13, 2007

PROJECT #1

HEROISME
Ktok PROJECT #1 DESEMBER 2006


Oleh: M. Salafi Handoyo (Ridho)
Dialog pertama untuk menentukan rencana proyek dilakukan pada 29 November 2006, malam hari. Mulai dengan perencanaan sampai dengan penentuan tanggal pelaksanaan proyek. Kos sebagai ruang pamer alternatif disekitar kampus UNNES, Universitas Negeri Semarang. Project #1 akan digelar pertengahan Desember 2006, dimana hanya tersisa waktu tiga minggu dari perencanaan awal menjelang pelaksanaan.
Langkah awal KtoK PROJECT didukung oleh: Nasay Saputra, 26 tahun, Mahasiswa Unnes jurusan Senirupa, sebagai konseptor KtoK PROJECT #1. Kemudian Juwandi. A, 23 tahun, Mahasiswa Unnes jurusan Senirupa. Disusul oleh M. Salafi Handoyo (Ridho), 24 tahun Desain Komunikasi Visual tak selesai, dan Nahyu Rahma. F, 25 tahun lulusan Desain Komunikasi Visual Unnes. Dukungan juga datang dari Adin Hysteria, 21 tahun, Mahasiswa Sastra Undip. Hingga bergabungnya teman-teman lain berjumlah empat belas orang.
Awal gagasan dan pemberian nama KtoK PROJECT lahir dari seorang pemerhati seni yang aktif mendukung perkembangan senirupa di kota Semarang. Begitu mulianya hingga enggan untuk disebutkan nama dan identitasnya.
Beliau berperan aktif memberikan semangat, dorongan, kritikan bagi mahasiswa, untuk aktif berkegiatan. Khususnya didalam dunia Senirupa agar melangkah dengan kreatif dan hemat. Diskusi untuk merancang jalannya proyek dan program ini terus dilakukan antara Nasay dan Ridho, untuk kemudian, bertahap memunculkan ide demi ide. Melahirkan rumusan awal untuk realisasi konsep Kos-to-Kos PROJECT.
Rancangan proyek, disebarluaskan kepada seluruh Mahasiswa Senirupa Unnes, tanpa terkecuali. Rancangan konsep yang ada kemudian didiskusikan ulang dengan para peserta yang berminat, dan berani merubah sudut pandangnya sehingga mendapat satu solusi baru membawa Senirupa Unnes kearah yang lebih baik.
Berharap Ktok dapat diikuti mahasiswa lainnya. Mulai dari teman dekat, yang tinggal satu kos hingga berkembang ke kelompok-kelompok senirupa yang terbentuk di kos-kos lain.
Dalam praktiknya tak ada peserta yang berasal dari rekan satu kos maupun satu angkatan dengan Nasay Saputra, sebagai konseptor Project #1. Telah banyak cara kiranya yang dia tempuh untuk mempublikasikan proyek tersebut. Juga manfaat bagi mereka, anak muda didunia senirupa kemudian hari.
Tetapi rasa simpatik muncul, karena ada peserta dengan nama Titis dan Dian. Mahasiswa semester awal dengan umur 18 tahun. Peserta termuda di KtoK PROJECT #1.
KtoK PROJECT #1 dengan konsep Heroisme. Heroisme berbicara tentang sikap kepahlawanan yang harus dimunculkan, beserta penghargaan untuk sang Hero. Berusaha menjadi pahlawan, baik bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan sekitarnya (Nasay Saputra: Konseptor KtoK PROJECT #1).
Dan mendapat masukkan dalam diskusi, Heroisme bergeser pemaknaan menjadi Hero is Me diartikan: pahlawan adalah aku atau aku akan bersikap sebagai seorang pahlawan.
Dari hasil kesepakatan awal peserta dikenakan biaya kolektif untuk pameran sebesar Rp. 10.000,-/anak (sepuluh ribu rupiah). Sedikit memang dalam sebuah proyek seni, hal ini pada dasarnya hanya ingin menumbuhkan ketertarikan seniman muda khususnya yang berasal dari Unnes untuk bergabung, tanpa harus terbebani.
Diluar dugaan, para peserta menolak iuran Rp. 10.000,- mereka sangat antusias biaya kolektif harus dinaikkan sebesar Rp. 20.000,-/anak (dua puluh ribu rupiah), langkah tersebut muncul dari pemikiran dua peserta termuda Titis dan Dian. Yang selalu berapi-api. “Mahasiswa senirupa harus punya pikiran modern dalam melangkah”, kalimat tersebut yang selalu mereka utarakan.
Satu minggu menjelang acara, proses display pameran mencapai 80%, pameran siap digelar. Kami telah mengundang beberapa pemerhati seni, yaitu Adin (Komunitas Hysteria), Heru MK (Penulis), dan Tubagus. P. Svarajati (Pemilik Rumah Seni Yaitu) serta beberapa Wartawan dari media massa.
Pembuatan katalog sangat sederhana dengan media photo copy. Nahyu Rahma. F secara gratis mendisain katalog tersebut.
Semua materi telah dikumpulkan dari mulai data, identitas, konsep, hingga foto. Tapi ditengah proses pembuatan katalog mengalami kecelakaan. Karena minim waktu dan tenaga, semua materi yang tersimpan di kamera hilang terhapus. Simsalabim kami harus kerja keras untuk memotret ulang. Display karya dilakukan sangat sederhana, kebetulan KtoK PROJECT #1 ini mau untuk berbagi tempat dengan beberapa serangga, nyamuk dan kecoa.
Kami kumpulkan semua kekuatan dengan serdadu 14 seniman muda untuk segera merubah dan menyulap kos tersebut menjadi ruang bersih untuk presentasi sebuah art project.
Dimulai dengan pengecatan seluruh ruangan yang dilakukan Nasay Saputra, Juwandi. A, dan M. Salafi Handoyo hingga display karya yang dilakukan seluruh peserta. Juga display karya instalasi yang dilakukan Rudy Vouller, merelakan satu-satunya scooter buntut untuk dijadikan media instalasi. Untuk sementara waktu dia merelakan jalan kaki dari kos ke tempat kuliah. Demi KtoK PROJECT #! Inilah perjuangan, Heroisme, ungkapnya!
Setelah sekian waktu heboh dalam persiapan. Akhirnya proyekpun digelar. Kami agak cemas karena hampir setiap event senirupa di Semarang, khususnya Unnes selalu sepi oleh penonton. Kecuali rekan-rekan kami sendiri. Apalagi proyek ini tidak diadakan di galeri, syarat dengan katalog mewah serta ritual makan malam yang selalu membuai.
14 seniman muda yang terlibat dalam KtoK #1 dalah:
Nasay Saputra, M. Salafi Handoyo(Ridho), Ratri Inayatul. B, Mohammad Rofikin, Rudy Vouller, Singih Adhi. P, Edi. PB, Okky Noviyanto, Titis, Dian, Alfiah, Asep Herman, Juwandi. A, dan Nahyu Rahma. F.

Pada perkembangannya, sureprise untuk KtoK PROJECT #1. Cukup banyak yang hadir, 35 orang dalam kegiatan dan pembukaan pameran seni di tempat yang sangat sederhana, sudah lumayan. Mereka mencoba memotivasi serta membangun KtoK PROJECT dengan beberapa kritik dalam diskusi. Unnes yang selama ini tertidur pulas dengan belaian wacana lama kesenirupaan Semarang, digugah untuk segera bangun dan beraksi.
Dukungan juga muncul dari beberapa teman dari Sastra, selain Adin ada: Nien, Pandu, dan Amien. Secara bergantian dan suara keras mereka membangun kepercayaan diri penonton. Kebanyakan didominasi dari tetangga sekitar rumah kos Temulawak. Beberapa wartawan Semarang dari media cetak dan elektronik datang untuk meliput acara ini.
Seperti biasanya, seniman Semarang yang dengan susah payah kami hubungi untuk sekedar menyaksikan perhelatan KtoK PROJECT #1 ini, tak seorangpun datang.
Tetapi hal ini tak terlalu penting, karena yang terpenting adalah, semua telah memberanikan diri untuk menyerukan keberadaan KtoK PROJECT di Unnes. Inilah awal dari perubahan kearah lebih baik. Dan semoga terbaca, dibaca sebagai salah satu gerakan seni anak muda.
Terimakasih.

Tidak ada komentar: