Selasa, Desember 11, 2007

Komunitas Hysteria

GROBAK ART

Oleh: M. Salafi Handoyo (Ridho)
Softlaunching Grobak Art.
Acara yang dilakukan pada malam hari, tanggal 30 Agustus 2007, menjadi softlaunching Grobak Art. Persiapan panitia secara singkat, serta kinerja yang kurang sigap hampir membuat kegiatan tersebut mengalami kegagalan. Namun keterbatasan yang ada dapat disikapi dengan lebih jernih, jadilah malam itu sebuah perhelatan seni di sekitar trotoar. Trotoar yang pada umumnya hanya digunakan sebagai sarana lalu-lintas, pada malam itu berubah menjadi sarana lalu-lintas seni anak muda. Anak-anak muda yang mempunyai ambisi untuk mempertontonkan diri dan kemampuannya dalam bidang seni.
Dari kejauhan nampak sosok cantik di atas becak mendekat. Seorang remaja putri dengan tubuh sintal, lemah gemulai berdandan khas jawa dengan lancang memaki-maki tukang becak yang diboking karena mahalnya ongkos yang disebutkan. Itulah performance pembuka yang mengawali aksi-aksi gila anak muda pada malam itu.
Beberapa komunuitas seniman muda Semarang, turut ambil bagian. Diantaranya: Catdog Communitart, Orenjichu, Teater Sangkur Timur, Teater EMKA, Teater Sawo Kecik, Komunitas Balik Kanan, BYAR Creative Industry, Anjing Gladak, Seto Kroncong , Octo Colony dan dua seniman senior FB. Kukuh dan Imam Bucah. Mereka dengan semangat militannya menghadirkan karya-karya seni mulai dari seni rupa, seni musik, seni kostum, seni pertunjukan hingga pembacaan puisi dan monolog.
Acara tersebut, mencoba untuk lebih mengakrabkan seni dengan masyarakat sekitar. Karena mungkin selama ini seni menjadi hal yang sangat eksklusif dan berjarak dengan masyarakat. Masyarakat yang tak peduli dengan seni atau pelaku seni yang begitu sombong tidak mau berbicara tentang masyarakat dan permasalahannya. Namun demikian keinginan panitia untuk mengadakan event lintas media telah berhasil. Setidaknya acara diatas akan menjadi awal bagi kami, kelompok seniman muda untuk berkolaborasi.
Presentasi di Galeri Bu Atie.
Minggu 16 September 2007 pukul 20.00 – 24.00 WIB, Galeri Bu Atie, Jl. Borobudur Utara Raya No. 06 Manyaran Semarang, menjadi saksi dalam presentasi dokumentasi, pameran, serta diskusi aksi-aksi seni tersebut. Mereka menghujat, mereka menghina, mereka menuntut, tetapi mereka juga berusaha memberikan solusi atas keadaan seni di Semarang yang menyedihkan. Muncul guyonan dari kami bahwa seni disini mempunyai cirikhas, yaitu: “seni Semarang, seni yang mengharapkan belas kasihan”. Dari dulu sampai sekarang, bila ada diskusi seni, yang ada bukannya solusi pencerahan, tetapi selalu membicarakan nasib dirinya yang tak pernah berubah atau tertinggal dengan Jogja dan Bandung. Bahasa Hysterianya: “Rerasan terus… kapan geraknya?”.
Merespon hal tersebut munculah teks Agunghima dalam diskusi: “Grobak Art, adalah salah satu bagian kecil dari proyek kesenian yang diciptakan oleh anak-anak muda di Semarang. Mungkin anak-anak muda itu terlibat dalam sistem pendidikan dan kemudian menyadari keberadaannya yang demikian jumud, kotor, dan nggilani, lalu dengan kesadaran berkesenian menurut ukuran mereka, membabi buta dengan menciptakan gelombang baru kesenian di Semarang. Lantas apa jadinya? Ya namanya saja anak muda yang lagi dalam proses pencarian jati diri (wakakakakakak), jangan dilihat dulu apa yang ditampilkan dalam proses berkeseniannya, namun lihatlah kenekatannya, ngawur tapi perlu-nya dan keberaniannya untuk menentang arus nilai-nilai yang sudah stagnan di kota lunpia”. Semoga ini tak sekedar teks bacaan, tetapi mampu untuk membakar semangat seniman muda di Semarang.
Perubahan Yang Berarti.
Apapun itu namanya, bila anak muda sedang berjuang dan bergerak, khususnya dalam dunia seni, maka haruslah mempunyai tujuan yang jelas. Jangan sampai ngawur dan sia-sia. Karena semua itu menghabiskan banyak waktu dan energi. Tumbuhnya berbagai macam kelompok seni, jangan dijadikan sebagai trend mode dikalangan anak muda. Visi dan misi, rancangan program, keorganisasian dengan SDM kreatif, dan kekuatan dalam pencarian dana, dapat dijadikan sebagai langkah awal bagi terbentuknya sebuah kelompok yang kuat. Karena lamanya sebuah kelompok dalam bertahan tergantung beberapa faktor diatas. Dan tentunya sebuah kelompok seni, bila dalam waktu sekejap roboh, maka mereka tidak akan mampu merubah atau memperbaiki keadan seni dilingkungannya. Mereka malah akan menjadi virus penyakit dalam seni itu sendiri.
Muncul beberapa paham atau aliran dalam berkesenian, tetapi bagi saya aliran yang paling hebat dan sempurna adalah: “Bentuk kesenian atau karya, yang mampu memberikan solusi bagi diri dan lingkungannya”. Sehingga seni akan mempunyai arti di dalam masyarakat.
...Selamat bekerja teman-teman mudaku, coretkanlah prestasi dalam berkesenian di kotamu. Sehingga mampu memberikan perubahan yang berarti dan berani untuk berbicara dengan percaya diri baik di tingkat regional, nasional dan internasional…


Tidak ada komentar: